Tugas Penilaian Tengah Semester
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen
Pengampu: DR. Dirgantara
Wicaksono, M. Pd
Istrumen
Tes dan Non Tes
DISUSUSN
OLEH : ERFI FITRI SUSARI
NIM :
2016860012
Program Magister
Teknologi Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Tahun 2018
Evaluasi &
Assesmen Pendidikan: IntrumenTes & Nontes
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum yang
dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis,
sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen
diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel
penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan
instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pada dasarnya
instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau
jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes
terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire),
pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang
berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat
performansi tipikal.
Instrumen hasil
belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun,
tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa
untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat.
Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah
memandang bahwa tes uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara
pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak,
penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas
jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan
proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara
“realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika.
Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang
langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu
diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara
menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru
bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja,
tapi juga afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu
langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian maupun
nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga
hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi
belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai
mengikuti kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan tinjauan
yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Apa saja jenis-jenis instrument teknik tes itu?
2.
Apa saja jenis-jenis instrument teknik non tes itu?
3.
Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?
4.
Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1.
Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik tes.
2.
Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik non tes.
3.
Menyusun cara pengembangan instrumen jenis tes uraian.
4.
Menyusun cara pengembangan instrumen jenis non tes
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Instrument Test
Teknik tes merupakan
suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu
dengan individu lainnya. Tidak ada dua individu yang persisi sama, baik dari
segi fisik maupun segi psikisnya.
Dengan adanya
perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau
mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang lazim disebut tes.
Dengan alat pengukur itulah yang berupa tes tersebut, maka orang akan berhasil
mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang
berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang
lain, maka kemudian timbul pula bermacam-macam tes.
1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata
“tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti : “piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”,atau “percobaan”.
Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran
dan penilaian. Tester adalah orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes.
Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah,
menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang
dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif
sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi
pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran
dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas/baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau
perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan
nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu.
2. Persyaratan Tes
Tes diusahakan
mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan prosedur yang telah ditentukan
namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan.
1.
Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi
seseorang
2.
Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar
3.
Tes mengategorikan siswa secara tetap
4.
Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
5.
Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
3. Klasifikasi Tes
Tes dapat
diklasifikasikan atas :
1.
Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
2.
Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)
3.
Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)
4.
Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan subjek (tes
unjuk kerja atau tes kertas dan pensil )
5.
Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
6.
Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan
guru atau tes baku)
4. Ciri-Ciri Tes
1.
Validitas
2.
Reliabilitas
3.
Objektifitas
4.
Praktis
5.
Ekonomis
5. Jenis-jenis Teknik Tes
1. Berdasarkan fungsi
a. Tes seleksi
Tes seleksi sering
dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Sebagai tindak lanjut
dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas
persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang
lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan
karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
b. Tes awal
Tes awal sering
dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang
dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu
maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir,
maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
1.
Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes
sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah
ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
2.
Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian
saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami
oleh para peserta didik tersebut.
c. Tes akhir
Tes akhir sering
dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
d. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah
tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat. Jenis kesukaran yang
dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya
jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi
oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa
pengobatan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas
pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang
merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”.
Materi yang ditanyakan
dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang
biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat
dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
e. Tes formatif
Tes formatif adalah
tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
Tes formatif ini
biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir
atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal
dengan istilah “ulangan harian”.
Tindak lanjut yang
perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah :
1.
Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
2.
Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum
dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan
lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
f. Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes
hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran
selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa
memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif
ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal
tes formatif.
Yang menjadi tujuan
utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
2. Berdasarkan Aspek Psikis
1.
Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2.
Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3.
Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
4.
Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriah.
5.
Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes
pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian
atau prestasi belajar.
3. Penggolongan Lain – Lain
Dari segi yang
mengikuti tes, maka tenik tes digolongkan sebgai berikut.
1.
Tes individual, yaitu tes dimana
tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
2.
Tes kelompok, yaitu tes dimana
tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Dari segi waktu
1.
Power tes, yakni tes dimana
waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak
dibatasi.
2.
Speed tes, yaitu tes dimana
waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Dari segi responnya
1.
Verbal tes , yakni suatu tes
yang menghendaki respon yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau
kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
2.
Non verbal tes, yakni tes yang
menghendaki respon dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat,
melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki
muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Dari cara mengajukan Tanya-jawab
1.
Tes tertulis yakni jenis tes
dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan
secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2.
Tes lisan yakni tes dimana
didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan
dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
7. Fungsi Tes
1) Fungsi Untuk Kelas
1.
Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
2.
Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
3.
Menaikkan tingkat prestasi
4.
Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
5.
Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara
perorangan
6.
Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
7.
Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak
2) Fungsi Untuk Bimbingan
1.
Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka
2.
Membantu siswa dalam menentukan pilihan
3.
Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
4.
Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam
memahami kesulitan anak
3) Fungsi Untuk
Adminitrasi
1.
Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa
2.
Penempatan siswa baru
3.
Membantu siswa memilih kelompok
4.
Menilai kurikulum
5.
Memperluas hubungan masyarakat
6.
Menyediakan informasi untuk badan-badan lain
8. Bentuk-Bentuk Tes
1) Tes Subjektif
Pada umunya berbentuk
esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Kelebihan tes subjektif :
1.
Mudah disiapkan dan disusun
2.
Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan
3.
Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
4.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
denga gaya bahasa dan cara sendiri
5.
Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan
Kelemahan tes subjektif :
1.
Kadar validitas dan realibilitasnya rendah karena sukar
diketahui segi-segi mana dari siswa yang betul-betul telah dikuasai
2.
Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
3.
Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan
pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
4.
Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur
subjektif
5.
Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual
6.
Waktu untuk mengoreksinya lama dan dapat diwakilkan kepada orang
lain.
2) Tes Objektif
Tes
objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
dari tes bentuk esai.
Kebaikan tes objektif :
1.
Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih
representative mewakili isi yang luas
2.
Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya
3.
Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
4.
Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi.
Kelemahan tes objektif:
1.
Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai
karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan
yang lain
2.
Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenal kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
3.
Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
4.
“Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka
8.
Macam-Macam Tes
1.
a. Tes benar-salah (true-false)
2.
b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
3.
c. Menjodohkan (matching test)
4.
d. Tes isian (completion test)
B. Instrument Non Test
Sebelumnya, sudah
disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengukur kemampuan siswa adalah dengan
tes dengan berbagai variasinya. Tapi perlu diketahui bahwa tes bukanlah
satu-satunya cara untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa, teknik lain
yang dapat dilakukan adalah teknik non tes. Dengan teknik ini evaluasi hasil
belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik tersebut, melainkan
dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observation), memberi penugasan,
melakukan wawancara (interview), penyebaran angket (questionnaire), memeriksa atau
menganalisis dokumen-documen (documentari analysis). Teknik non tes ini
memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta
didik dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive
domain).
1. Pengertian Non tes
Teknik nontes
merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang
digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya
kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih
berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Seiring
dengan berlakunya kurikulum baru yang didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai
berikut.
1.
kompetensi yang diukur;
2.
aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);
3.
kemampuan siswa yang akan diukur;
4.
sarana dan prasarana yang ada.
2. Jenis-jenis Teknik Non Tes
Pengamatan (Observasi)
Secara umum,
pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat
dilakukan secara partisipasif dan non partisipatif.pada observasi partisipatif,
observer melibatkan diri ditengah-tengah observe. Sedangkan pada observasi
nonpartisipatif, observer bertindak sebagai penonton saja. Observasi juga dapat
bersifat eksperimental, yang dilakukan dalam situasi buatan atau yang dilakukan
dalam situasi yang wajar. Sedangkan observasi sistematis dilaksanakan dengan
perencanaan yang sangat matang.
Berikut ini adalah
contoh lembaran observasi :
Mata pelajaran :
Topic :
Kelas :
No.
Nama Siswa
Skor/Nilai untuk
tiap-tiap Kegiatan/Aspek:
Jumlah Rata-Rata
(1),(2),(3),(4),(5),(6) dan (7)
Aspek :
1.
...................
2.
...................
3.
...................
4.
...................
5.
...................
6.
...................
7.
...................
8.
dan seterusnya
Semester :
Dalam evaluasi hasil
belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis, yaitu observasi dimana
observer atau evaluator dalam dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak
dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka kegiatan observasi hanya dibatasi
oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Contoh: seorang guru mengadakan observasi pada beberapa mushola, guna
mengetahui dan kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan
ibadah shalat taraweh dan witir.
Kelebihan dari observasi adalah:
1.
Data observasi didapatkan langsung dari lapangan, data yang
demikian bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta
didik menurut kenyataannya.
2.
Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing
individu peserta didik.
Kelemahan dari observasi adalah:
1.
Jika guru kurang cakap dalam melakukan observasi, maka
observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya.
2.
Kepribadian dari observer atau evaluator seringkali mempengaruhi
penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
3.
Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru mengungkap
“kullit luar”nya saja.
2. Penugasan
Penilaian dengan
penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan
kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan
penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan
penugasan dapat berupa tugas atau proyek.
a. Tugas
Tugas adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, misalnya
tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika, mengamati
suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil
karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan
pengamatan.
Pelaksanaan pemberian
tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.
Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak
memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar
mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial
lainnya.
2.
Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan
pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil
pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih
yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
3.
Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan
rasa tanggung jawab serta kemandirian.
b. Proyek
Proyek adalah suatu
tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara
tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek antara lain:
melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto
sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai
menggunakan klinometer.
Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek.
1.
Tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang
kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.
2.
Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan,
dan langkah-langkah kerja.
3.
Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek,
kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan.
c. Wawancara ( Interview)
Secara umum wawancara
adalah cara menghimpun keterangan yang dilaksanakan dengan cara tanya jawab
lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan.
Dua jenis wawancara
yang yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi adalah:
1.
Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal dengan
wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Pada wawancara sistematis
evaluator melakukan Tanya jawab lisan dengan peserta didik, orang tua peserta
didik untuk menghimpun keterangan yang diutuhkan untuk proses penilaian
terhadap peserta didik tersebut. Wawancara ini dipersiapkan secara matang
dengan berpegang pada panduan wawancara.
2.
Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal
dengan wawancara bebas, wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis.
Dalam wawancara ini pewawancara selaku evaluator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tua peserta didik tanpa
dikendalikan oleh pedoman tertentu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara
yaitu:
1.
Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background
tentang apa yangakan ditanyakan.
2.
Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut.
3.
Harus menjaga hubungan yang baik.
4.
Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
5.
Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan
kalimatnya jelas.
6.
Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
7.
Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi
sumber data.
8.
Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
9.
Guru harus mengobrol dalam wawancara.
10. Batasi waktu
wawancara.
11. Hindari penonjolan aku
dari guru
Contoh wawancara:
·
“Apa pendapatmu tentang program adiwiyata di sekolah kita ?
·
Bagaimana cara mensukseskan program tersebut? ”
·
“Mengapa kamu merasa perlu terlibat aktif dalam program tersebut?”
·
“Apa yang bisa kamu terapkan di rumahmu dari program sekolah
tersebut?”
Kelebihan dari wawancara adalah:
1.
Pewawancara dapat berkomunikasi langsung dengan peserta didik
sehingga menghasilkan penilaian yang lengkap dan mendalam.
2.
Peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas.
3.
Data yang didapat dapat berupa data kualitatif dan data
kuantitatif.
4.
Pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan
kembali dan jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi penjelasannya biar
lebih terarah.
5.
Wawancara dapat dilengkapi dengan alat bantu agar data yang
didapat bisa dicatat dengan lebih lengkap.
Kelemahan dari
wawancara adalah: Jika wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, maka
kelemahannya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang beraneka ragam dan
terkadang tidak terarah kepada focus evaluasi
4. Angket (Quisoner)
Angket adalah suatu
alat evaluasi yang digunakan untuk mengungkap latar belakang peserta didik/
orang tua peserta didik, menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar
dan lain sebagainya.
Kelebihan angket dibandingkan wawancara dan observasi adalah:
1.
Pegumpulan data jauh lebih praktis
2.
Menghemat waktu dan tenaga.
Kekurangan angket diantaranya adalah:
1.
Jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.
2.
Pertanyaan yang disajikan sering kurang tajam, mengakibatkan
jawaban yang diberikan diperkirakan hanya untuk melegakan pihak penilai.
Kuesioner dapat berupa
pilihan ganda dan dapat pula berupa skala sikap (skala likert)
Contoh kuesioner skala pilihan ganda :
1. Terhadap
teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusuk’ dalam menjalankan ibadah
shalat, saya:
a. Merasa tidak harus
meniru mereka.
b. Merasa belum pernah
memikirkan shalat yang rajin dan khusyu’
c. Merasa ingin jadi
mereka, tepi terasa masih sulit.
d. Sedang berusaha
agar saya rajin dan khusyu’ dalam shalat.
e. Merasa iri dan
ingin seperti mereka.
2. Contoh kuesioner skala likert :
1. Membayar infaq atau
sadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang
yang telah membayarkan zalkatnya tidak perlu lagi untuk menbayar infaq atau
sadaqah. Terhadap pernyataan tersebut saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
2. Membayar infaq atau
sadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tidak ada gunanya, sebab orang lain
itundi perlikan ssekali sebagai saksi untuk membuktikan bahwa pembayaran infaq
dab sadaqah itu bukan trmasuk orang yang bakhil. Terhadap pernyataan itu, saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak
setuju
5. Pemeriksaan Dokumen
(Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai
kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji
(tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi
mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang
keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat
hidup, maka subjek evaluasiakan dapat menarik suatu Pemeriksaan dokumen lainnya
misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di
sekolah tersebut, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang
berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki keterampilan khusus, apakah ia
pernah meraih kejuaraan atau penghargaan khusus atas keterampilannya itu,
dll.kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang
dinilai. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan
lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan
sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar
terhadap peserta didik.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta didik
memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang
digunakan harus terintegrasi dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada
peserta didik.Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan untuk mengukur ranah
kognitif peserta didik saja. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes
ini adalah kognitif, psikomotorik, perseptual, komunikasi nondiskursip, dan
ranah afektif.
Adapun jenis alat
evaluasi yang digunakan, terbagi menjadi 2 teknik, yaitu :
1.
Tes merupakan sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga
sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan
yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).
Contohnya :
The volcano Nyamuragira, in Africa, erupts about every
two years. It also has big lava flows. It creates smaller volcanoes on in side.
At one time, the volcano had a crater with lake of lava. Thenin 1938, there was
an eruption that opened up one of the volcano. Because of the eruption the lava
lake flowed out of the crater. People not live near this volcano. Popocatapetl
is about 70 kilometers from Mexico City. An eruption in 2000 made 50.000 people
leave their home.
Number 5 – 8
base on the text!
1. This volcano had a lake of lava. This is....
a.
Mount Etna b. Nyamuragira c. Stromboli d.
Popocatepetl
2. Nyamuragira in ....
a.
America b. Asia c. Africa d.
Australia
3. This volcano’s eruption caused the evacuation of 50.000
people. It is ....
a.
Nyamuragira b. Stromboli c. Popocatepetl d.
Mount Etna
4. The distance Popocatepetl from Mexico City is about ....
a.
60 kilometers c.
75 kilometers
b.
90 kilometers d.
70 kilometers
2.
Non tes dapat digunakan untuk
mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing individu yang tentunya
berbeda. Teknik non tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu: pengamatan (observation),
penugasan, wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan
analisis dokumen.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali & Pudji M.
2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Ilma, Ratu. 2010.
Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif Terhadap Hasil Belajar
Matematika Dengan Mengontrol Intelegensi Siwwa SD di Palembang. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Sonasih, Dewi N.W.
dkk. 1999. Tehnik dan Alat Evaluasi Pendidikan Non Tes. Bogor: Universitas Ibnu
Khlodun.
Sri Wardhani,dkk.
(2010).Modul Matematika SD Program Bermutu. Instrumen Penilaian
Revolusi 4.0 dan Teknologi Pendidikan
Perubahan dunia kini
tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat
dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala
hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data
yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet
dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan
konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai
aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) serta pendidikan tinggi.
Menteri Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa tantangan
revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh
pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti) agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia
di tengah persaingan global. Hal ini diungkapkan Menteri Nasir dalam pembukaan
acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 yang digelar di Kampus Universitas
Sumatera Utara (USU), Medan(17/1).
Menristekdikti di awal
sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan Rakernas 2018 terasa istimewa karena 3
Menteri Kabinet Kerja turut menghadiri acara pembukaan yakni Menteri Keuangan
Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono. Menristekdikti mengatakan pada Rakernas
2018 yang mengangkat tema “Ristek Dikti di Era Revolusi Industri 4.0” akan
dibahas langkah-langkah strategis yang perlu dipersiapkan Kemenristekdikti
dalam mengantisipasi perubahan dunia yang kini telah dikuasai perangkat
digital.
“Kebijakan strategis
perlu dirumuskan dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi,
kurikulum, sumber daya, serta pengembangan cyber university, risbang hingga
inovasi. Saya berharap dalam Rakernas ini dapat dihasilkan rekomendasi
pengembangan iptek dikti dalam menghadapi revolusi industri 4.0. ,” ujar
Menteri Nasir.
Menristekdikti
menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan
dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya
saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
1. Persiapan sistem
pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian
kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data
Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things
(IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia
untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil
terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Agar dapat mencapai
hasil yang diharapkan, Rakernas kali ini menghadirkan pembicara yang akan
membagikan pandangan,keahlian maupun pengalaman terkait pengembangan iptek dan
pendidikan tinggi di era revolusi industri 4.0. Beberapa pembicara tersebut
antara lain Dr. Sri Mulyani (Menteri Keuangan RI), Dr. Hayat Sindi (Senior
Adviser to the IDB President), Prof. Yang Cau Lung (National Taiwan University
of Science and Technology), Prof. Jangyoun Cho (Cyber Hankuk University of
Foreign Studies (CUFS), Adamas Belva Syah Devara (Founder dan CEO Ruangguru),
dan Suyanto (Rektor AMIKOM).
Sri Mulyani saat menjadi
‘Keynote Speaker’ mengatakan bahwa kemajuan suatu negara untuk mengejar
ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yang yakni Pendidikan,
Kualitas Institusi dan Kesediaan Infrastruktur. “ Pertemuan ini sangat penting
untuk membangun fondasi kemajuan bangsa Indonesia, karena di tangan Bapak/Ibu
pimpinan perguruan tinggi sumber daya manusia, riset dan inovasi dikelola,”
ujar Menteri Keuangan.
Sri Mulyani mengatakan
bahwa Anggaran Pendidikan tahun 2018 adalah 444,13 Triliun Rupiah, baik untuk
alokasi pusat maupun alokasi daerah. Anggaran 20% dari total APBN tersebut
merupakan suatu pemihakan yang nyata bagi pendidikan dan riset Indonesia.
Anggaran tersebut dialokasikan bagi program-program prioritas pendidikan dan
penelitian antara lain Program Indonesia Pintar, Bidik Misi, Bantuan
Operasional Sekolah, Riset, dan program lainnya.
Terkait ‘disruptive
technology’, Sri Mulyani mengatakan bahwa dunia pendidikan menjadi garis depan
di era digital. Perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Sri Mulyani mengatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu merespon
kebutuhan masyarakat yang saat ini sudah banyak melakukan kegiatan pembelajaran
secara online, sehingga perguruan tinggi tidak ditinggalkan atau harus tutup.
“Dunia cepat berubah, kita harus mampu cepat adaptif dengan tetap menjaga karakter
Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Seperti tahun-tahun
sebelumnya, dalam Rakernas juga akan dilakukan evaluasi pelaksanaan program dan
anggaran pada tahun 2017, serta outlook program dan anggaran tahun 2018. Selain
itu Kemenristekdikti merupakan Kementerian yang mengelola aset cukup besar
senilai 120.68 T, serta memiliki sekitar 159.083 orang pegawai (baik PNS dan
Non PNS) tersebar dalam 148 satuan kerja, sehingga sangat penting mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu, dalam
Rakernas ini diharapkan ada rekomendasi untuk penuntasan Zona Integritas,
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM) serta pencapaian Target Reformasi Birokrasi 2018.
Rakernas diikuti sekitar
300 peserta yaitu para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal
Kemenristekdikti mulai dari Gubernur Sumatera Utara, Walikota Medan, pejabat
Eselon I dan II di lingkungan Kemenristekdikti, Ketua LPNK di bawah koordinasi
Kemenristekdikti, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Koordinator Kopertis,
Ketua Komisi VII, Ketua Komisi X, Ketua DPD RI, Atase Pendidikan dan
Kebudayaan, Kepala Balitbang/Deputi Kementerian terkait, serta institusi
terkait lainnya. Acara ini juga dimeriahkan oleh pameran produk-produk hasil
riset maupun inovasi dari perguruan tinggi dan industri. Pada acara ini juga
diberikan Penghargaan kepada PTN/Kopertis dalam Kinerja, Program dan Anggaran
Tahun 2017 serta Anugerah Humas PTN/Kopertis Tahun 2017.
Pengembangan IPTEK dan pendidikan tinggi di era revolusi industri 4-0
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu produk
dari manusia yang terdidik, dan pada giliranya manusia-manusia itu perlu lebih
mendalami dan mampu mengambil manfaat dan bukan menjadi korban dari
perkembangan ilmu dan teknologi sendiri. Pendidikan sebagai suatu ilmu
teknologi tidak luput dari gejala perkembangan itu. Kalau semula orang tua yang
bertindak sebagai pendidik kemudian kita kenal profesi guru yang diberi
tanggung jawab pendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun secara legal
telah dikenal dan ditentukan sejumlah keahlian khusus jabatan dan atau profesi
yang termasuk dalam kategori tenaga kependidikan.
Teknologi pendidikan sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan, baik proses pembelajarannya maupun dalam
penyusunan kurikulum, apalagi dalam membangun sarana dan prasarana pendidikan
yang memadai sehingga tujuan pendidikan itu sendiri dapat mudah terlaksanakan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang pentingnya teknologi pendidikan.
Sehingga kita mampu dengan kreatif mengembangkan teknologinya untuk menjadikan
pendidikan itu mudah, efektif dan efisien dalam melahirkan generasi penerus
bangsa yang hebat.
Teknologi secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai
berikut :
1. Memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalis (tertulis dan lisan).
2. Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera.
3. Dengan menggunakan
media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi sikap pasif peserta
didik, kurikulum dan materi pendidikan.
Dengan
demikian peran Teknologi Pendidikan sebenarnya tidak hanya mengatasi
permasalahan dalam pendidikan akan tetapi sektor yang lainnya juga seperti
ekonomi. Dan sekarang sudah banyak terlihat manfaatnya seperti Buka lapak, Ojel
On Line dan lain lain.
Perkembangan
ilmu dan teknologi merupakan salah satu Perkembangan ilmu dan teknologi
merupakan salah satu
Sayangnya kurang lengkap tidak daftar pustakanya
BalasHapus