Langsung ke konten utama

Instrumen Tes dan Non Tes, Revolusi 4.0 dan peran Teknologi Pendidikan


Tugas  Penilaian Tengah Semester
Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: DR. Dirgantara Wicaksono, M. Pd

Istrumen Tes dan Non Tes
DISUSUSN OLEH : ERFI FITRI SUSARI
NIM : 2016860012

Program Magister Teknologi Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Tahun 2018

Evaluasi & Assesmen Pendidikan: IntrumenTes & Nontes

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.

Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat performansi tipikal.

Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.

Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian maupun nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.




B. Rumusan Masalah

Berdasarkan tinjauan yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1.      Apa saja jenis-jenis instrument teknik tes itu?
2.      Apa saja jenis-jenis instrument teknik non tes itu?
3.      Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes? 
4.      Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik tes.
2.      Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik non tes.
3.      Menyusun cara pengembangan instrumen jenis tes uraian.
4.      Menyusun cara pengembangan instrumen jenis non tes


BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrument Test

Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Tidak ada dua individu yang persisi sama, baik dari segi fisik maupun segi psikisnya.

Dengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang lazim disebut tes. Dengan alat pengukur itulah yang berupa tes tersebut, maka orang akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian timbul pula bermacam-macam tes.

1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti : “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”,atau “percobaan”. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes).

Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas/baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

2. Persyaratan Tes
Tes diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan.
1.                  Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang
2.                  Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar
3.                  Tes mengategorikan siswa secara tetap
4.                  Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
5.                  Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
3. Klasifikasi Tes
Tes dapat diklasifikasikan atas :
1.                  Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
2.                  Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)
3.                  Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)
4.                  Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan subjek (tes unjuk kerja atau tes kertas dan pensil )
5.                  Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
6.                  Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan guru atau tes baku)
4. Ciri-Ciri Tes 
1.                  Validitas 
2.                  Reliabilitas
3.                  Objektifitas
4.                  Praktis
5.                  Ekonomis
5. Jenis-jenis Teknik Tes

1. Berdasarkan fungsi

a. Tes seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.

b. Tes awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
1.                  Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
2.                  Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut.
c. Tes akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

d. Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat. Jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”.

Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

e. Tes formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah :
1.                  Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
2.                  Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
f. Tes sumatif 

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.

Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2. Berdasarkan Aspek Psikis

1.                  Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2.                  Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3.                  Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4.                  Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
5.                  Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
3. Penggolongan Lain – Lain

Dari segi yang mengikuti tes, maka tenik tes digolongkan sebgai berikut.
1.      Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
2.      Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Dari segi waktu

1.                  Power tes, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
2.                  Speed tes, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Dari segi responnya
1.                  Verbal tes , yakni suatu tes yang menghendaki respon yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
2.                  Non verbal tes, yakni tes yang menghendaki respon dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

Dari cara mengajukan Tanya-jawab

1.                  Tes tertulis yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2.                  Tes lisan yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
7. Fungsi Tes

1) Fungsi Untuk Kelas
1.                  Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
2.                  Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
3.                  Menaikkan tingkat prestasi
4.                  Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
5.                  Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perorangan
6.                  Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
7.                  Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak

2) Fungsi Untuk Bimbingan

1.                  Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka
2.                  Membantu siswa dalam menentukan pilihan
3.                  Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
4.                  Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak
3) Fungsi Untuk Adminitrasi
1.                  Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa
2.                  Penempatan siswa baru
3.                  Membantu siswa memilih kelompok
4.                  Menilai kurikulum
5.                  Memperluas hubungan masyarakat
6.                  Menyediakan informasi untuk badan-badan lain

8. Bentuk-Bentuk Tes
1) Tes Subjektif

Pada umunya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Kelebihan tes subjektif :
1.      Mudah disiapkan dan disusun
2.      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
3.      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
4.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya denga gaya bahasa dan cara sendiri
5.      Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan

Kelemahan tes subjektif :
1.      Kadar validitas dan realibilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari siswa yang betul-betul telah dikuasai
2.      Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
3.      Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
4.      Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
5.      Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
6.      Waktu untuk mengoreksinya lama dan dapat diwakilkan kepada orang lain.

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.

Kebaikan tes objektif :
1.      Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih representative mewakili isi yang luas
2.      Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya
3.      Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
4.      Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Kelemahan tes objektif:
1.      Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain
2.      Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenal kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
3.      Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
4.      “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

8.      Macam-Macam Tes

1.                  a. Tes benar-salah (true-false)
2.                  b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
3.                  c. Menjodohkan (matching test)
4.                  d. Tes isian (completion test)
B. Instrument Non Test

Sebelumnya, sudah disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengukur kemampuan siswa adalah dengan tes dengan berbagai variasinya. Tapi perlu diketahui bahwa tes bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa, teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik non tes. Dengan teknik ini evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik tersebut, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observation), memberi penugasan, melakukan wawancara (interview), penyebaran angket (questionnaire), memeriksa atau menganalisis dokumen-documen (documentari analysis). Teknik non tes ini memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive domain).

1. Pengertian Non tes

Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum baru yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut.

1.                  kompetensi yang diukur;
2.                  aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);
3.                  kemampuan siswa yang akan diukur;
4.                  sarana dan prasarana yang ada.
2. Jenis-jenis Teknik Non Tes

Pengamatan (Observasi)

Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi dapat dilakukan secara partisipasif dan non partisipatif.pada observasi partisipatif, observer melibatkan diri ditengah-tengah observe. Sedangkan pada observasi nonpartisipatif, observer bertindak sebagai penonton saja. Observasi juga dapat bersifat eksperimental, yang dilakukan dalam situasi buatan atau yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Sedangkan observasi sistematis dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat matang.

Berikut ini adalah contoh lembaran observasi :

Mata pelajaran :
Topic :
Kelas :
No. 
Nama Siswa 
Skor/Nilai untuk tiap-tiap Kegiatan/Aspek: 
Jumlah Rata-Rata (1),(2),(3),(4),(5),(6) dan (7)

Aspek :
1.                  ...................
2.                  ...................
3.                  ...................
4.                  ...................
5.                  ...................
6.                  ...................
7.                  ...................
8.                  dan seterusnya
Semester :
Dalam evaluasi hasil belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis, yaitu observasi dimana observer atau evaluator dalam dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.

Contoh: seorang guru mengadakan observasi pada beberapa mushola, guna mengetahui dan kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan ibadah shalat taraweh dan witir.

Kelebihan dari observasi adalah:
1.      Data observasi didapatkan langsung dari lapangan, data yang demikian bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut kenyataannya.
2.      Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik.

Kelemahan dari observasi adalah:
1.      Jika guru kurang cakap dalam melakukan observasi, maka observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya.
2.      Kepribadian dari observer atau evaluator seringkali mempengaruhi penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
3.      Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru mengungkap “kullit luar”nya saja.

2. Penugasan

Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.

a. Tugas

Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, misalnya tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika, mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan.

Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1.                  Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.
2.                  Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
3.                  Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.

b. Proyek

Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai menggunakan klinometer.

Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek.
1.      Tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.
2.      Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan langkah-langkah kerja.
3.      Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan.





c. Wawancara ( Interview)

Secara umum wawancara adalah cara menghimpun keterangan yang dilaksanakan dengan cara tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

Dua jenis wawancara yang yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi adalah:
1.      Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal dengan wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Pada wawancara sistematis evaluator melakukan Tanya jawab lisan dengan peserta didik, orang tua peserta didik untuk menghimpun keterangan yang diutuhkan untuk proses penilaian terhadap peserta didik tersebut. Wawancara ini dipersiapkan secara matang dengan berpegang pada panduan wawancara.

2.      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan wawancara bebas, wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis. Dalam wawancara ini pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tua peserta didik tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

1.      Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang apa yangakan ditanyakan.
2.      Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut.
3.      Harus menjaga hubungan yang baik.
4.      Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
5.      Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas.
6.      Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
7.      Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data.
8.      Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
9.      Guru harus mengobrol dalam wawancara.
10.  Batasi waktu wawancara.
11.  Hindari penonjolan aku dari guru

Contoh wawancara:

·                     “Apa pendapatmu tentang program adiwiyata di sekolah kita ?
·                     Bagaimana cara mensukseskan program tersebut? ”
·                     “Mengapa kamu merasa perlu terlibat aktif dalam program tersebut?”
·                     “Apa yang bisa kamu terapkan di rumahmu dari program sekolah tersebut?”

Kelebihan dari wawancara adalah:

1.      Pewawancara dapat berkomunikasi langsung dengan peserta didik sehingga menghasilkan penilaian yang lengkap dan mendalam.
2.      Peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas.
3.      Data yang didapat dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
4.      Pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan kembali dan jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi penjelasannya biar lebih terarah.
5.      Wawancara dapat dilengkapi dengan alat bantu agar data yang didapat bisa dicatat dengan lebih lengkap. 
Kelemahan dari wawancara adalah: Jika wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, maka kelemahannya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang beraneka ragam dan terkadang tidak terarah kepada focus evaluasi

4. Angket (Quisoner)

Angket adalah suatu alat evaluasi yang digunakan untuk mengungkap latar belakang peserta didik/ orang tua peserta didik, menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya.

Kelebihan angket dibandingkan wawancara dan observasi adalah:

1.      Pegumpulan data jauh lebih praktis
2.      Menghemat waktu dan tenaga.

Kekurangan angket diantaranya adalah:

1.      Jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.
2.      Pertanyaan yang disajikan sering kurang tajam, mengakibatkan jawaban yang diberikan diperkirakan hanya untuk melegakan pihak penilai.
Kuesioner dapat berupa pilihan ganda dan dapat pula berupa skala sikap (skala likert)

Contoh kuesioner skala pilihan ganda :

1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusuk’ dalam menjalankan ibadah shalat, saya:

a. Merasa tidak harus meniru mereka.
b. Merasa belum pernah memikirkan shalat yang rajin dan khusyu’
c. Merasa ingin jadi mereka, tepi terasa masih sulit.
d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’ dalam shalat.
e. Merasa iri dan ingin seperti mereka.

2.  Contoh kuesioner skala likert :

1. Membayar infaq atau sadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zalkatnya tidak perlu lagi untuk menbayar infaq atau sadaqah. Terhadap pernyataan tersebut saya:

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

2. Membayar infaq atau sadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tidak ada gunanya, sebab orang lain itundi perlikan ssekali sebagai saksi untuk membuktikan bahwa pembayaran infaq dab sadaqah itu bukan trmasuk orang yang bakhil. Terhadap pernyataan itu, saya:

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju 

5. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasiakan dapat menarik suatu Pemeriksaan dokumen lainnya misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki keterampilan khusus, apakah ia pernah meraih kejuaraan atau penghargaan khusus atas keterampilannya itu, dll.kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang digunakan harus terintegrasi dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada peserta didik.Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik, perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.

Adapun jenis alat evaluasi yang digunakan, terbagi menjadi 2 teknik, yaitu :
1.      Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).
Contohnya :

The volcano Nyamuragira, in Africa, erupts about every two years. It also has big lava flows. It creates smaller volcanoes on in side. At one time, the volcano had a crater with lake of lava. Thenin 1938, there was an eruption that opened up one of the volcano. Because of the eruption the lava lake flowed out of the crater. People not live near this volcano. Popocatapetl is about 70 kilometers from Mexico City. An eruption in 2000 made 50.000 people leave their home.

Number 5 – 8 base on the text!
1.      This volcano had a lake of lava. This is....
a.       Mount Etna           b. Nyamuragira           c. Stromboli                 d. Popocatepetl

2.      Nyamuragira in ....
a.       America                 b. Asia             c. Africa                      d. Australia

3.      This volcano’s eruption caused the evacuation of 50.000 people. It is ....
a.       Nyamuragira         b. Stromboli                c. Popocatepetl            d. Mount Etna

4.      The distance Popocatepetl from Mexico City is about ....
a.       60  kilometers                                            c. 75 kilometers
b.      90 kilometers                                             d. 70 kilometers

2.      Non tes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing individu yang tentunya berbeda. Teknik non tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes, yaitu: pengamatan (observation), penugasan, wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen.
DAFTAR PUSTAKA

Djaali & Pudji M. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Ilma, Ratu. 2010. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Bentuk Tes Formatif Terhadap Hasil Belajar Matematika Dengan Mengontrol Intelegensi Siwwa SD di Palembang. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Sonasih, Dewi N.W. dkk. 1999. Tehnik dan Alat Evaluasi Pendidikan Non Tes. Bogor: Universitas Ibnu Khlodun.

Sri Wardhani,dkk. (2010).Modul Matematika SD Program Bermutu. Instrumen Penilaian
Revolusi 4.0 dan  Teknologi Pendidikan
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan bahwa tantangan revolusi industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan Kementerian, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global. Hal ini diungkapkan Menteri Nasir dalam pembukaan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2018 yang digelar di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Medan(17/1).
Menristekdikti di awal sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan Rakernas 2018 terasa istimewa karena 3 Menteri Kabinet Kerja turut menghadiri acara pembukaan yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono. Menristekdikti mengatakan pada Rakernas 2018 yang mengangkat tema “Ristek Dikti di Era Revolusi Industri 4.0” akan dibahas langkah-langkah strategis yang perlu dipersiapkan Kemenristekdikti dalam mengantisipasi perubahan dunia yang kini telah dikuasai perangkat digital.
“Kebijakan strategis perlu dirumuskan dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, serta pengembangan cyber university, risbang hingga inovasi. Saya berharap dalam Rakernas ini dapat dihasilkan rekomendasi pengembangan iptek dikti dalam menghadapi revolusi industri 4.0. ,” ujar Menteri Nasir.
Menristekdikti menjelaskan ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:
1. Persiapan sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.
2. Rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas.
3. Persiapan sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan, riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan, riset, dan inovasi.
4. Terobosan dalam riset dan pengembangan yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat.
5. Terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.
Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan, Rakernas kali ini menghadirkan pembicara yang akan membagikan pandangan,keahlian maupun pengalaman terkait pengembangan iptek dan pendidikan tinggi di era revolusi industri 4.0. Beberapa pembicara tersebut antara lain Dr. Sri Mulyani (Menteri Keuangan RI), Dr. Hayat Sindi (Senior Adviser to the IDB President), Prof. Yang Cau Lung (National Taiwan University of Science and Technology), Prof. Jangyoun Cho (Cyber Hankuk University of Foreign Studies (CUFS), Adamas Belva Syah Devara (Founder dan CEO Ruangguru), dan Suyanto (Rektor AMIKOM).
Sri Mulyani saat menjadi ‘Keynote Speaker’ mengatakan bahwa kemajuan suatu negara untuk mengejar ketertinggalan sangat tergantung pada tiga faktor yang yakni Pendidikan, Kualitas Institusi dan Kesediaan Infrastruktur. “ Pertemuan ini sangat penting untuk membangun fondasi kemajuan bangsa Indonesia, karena di tangan Bapak/Ibu pimpinan perguruan tinggi sumber daya manusia, riset dan inovasi dikelola,” ujar Menteri Keuangan.
Sri Mulyani mengatakan bahwa Anggaran Pendidikan tahun 2018 adalah 444,13 Triliun Rupiah, baik untuk alokasi pusat maupun alokasi daerah. Anggaran 20% dari total APBN tersebut merupakan suatu pemihakan yang nyata bagi pendidikan dan riset Indonesia. Anggaran tersebut dialokasikan bagi program-program prioritas pendidikan dan penelitian antara lain Program Indonesia Pintar, Bidik Misi, Bantuan Operasional Sekolah, Riset, dan program lainnya.
Terkait ‘disruptive technology’, Sri Mulyani mengatakan bahwa dunia pendidikan menjadi garis depan di era digital. Perguruan tinggi harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Sri Mulyani mengatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu merespon kebutuhan masyarakat yang saat ini sudah banyak melakukan kegiatan pembelajaran secara online, sehingga perguruan tinggi tidak ditinggalkan atau harus tutup. “Dunia cepat berubah, kita harus mampu cepat adaptif dengan tetap menjaga karakter Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam Rakernas juga akan dilakukan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran pada tahun 2017, serta outlook program dan anggaran tahun 2018. Selain itu Kemenristekdikti merupakan Kementerian yang mengelola aset cukup besar senilai 120.68 T, serta memiliki sekitar 159.083 orang pegawai (baik PNS dan Non PNS) tersebar dalam 148 satuan kerja, sehingga sangat penting mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Oleh karena itu, dalam Rakernas ini diharapkan ada rekomendasi untuk penuntasan Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) serta pencapaian Target Reformasi Birokrasi 2018.
Rakernas diikuti sekitar 300 peserta yaitu para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal Kemenristekdikti mulai dari Gubernur Sumatera Utara, Walikota Medan, pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemenristekdikti, Ketua LPNK di bawah koordinasi Kemenristekdikti, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Koordinator Kopertis, Ketua Komisi VII, Ketua Komisi X, Ketua DPD RI, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Balitbang/Deputi Kementerian terkait, serta institusi terkait lainnya.  Acara ini juga dimeriahkan oleh pameran produk-produk hasil riset maupun inovasi dari perguruan tinggi dan industri. Pada acara ini juga diberikan Penghargaan kepada PTN/Kopertis dalam Kinerja, Program dan Anggaran Tahun 2017 serta Anugerah Humas PTN/Kopertis Tahun 2017.

Pengembangan IPTEK dan pendidikan tinggi di era revolusi industri 4-0

Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu produk dari manusia yang terdidik, dan pada giliranya manusia-manusia itu perlu lebih mendalami dan mampu mengambil manfaat dan bukan menjadi korban dari perkembangan ilmu dan teknologi sendiri.  Pendidikan sebagai suatu ilmu teknologi tidak luput dari gejala perkembangan itu. Kalau semula orang tua yang bertindak sebagai pendidik kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung jawab pendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun secara legal telah dikenal dan ditentukan sejumlah keahlian khusus jabatan dan atau profesi yang termasuk dalam kategori tenaga kependidikan.

        Teknologi pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, baik proses pembelajarannya maupun dalam penyusunan kurikulum, apalagi dalam membangun sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sehingga tujuan pendidikan itu sendiri dapat mudah terlaksanakan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang pentingnya teknologi pendidikan. Sehingga kita mampu dengan kreatif mengembangkan teknologinya untuk menjadikan pendidikan itu mudah, efektif dan efisien dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang hebat.
Teknologi secara umum mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalis (tertulis dan lisan).
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3.      Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan variasi dapat diatasi sikap pasif peserta didik, kurikulum dan materi pendidikan.

Dengan demikian peran Teknologi Pendidikan sebenarnya tidak hanya mengatasi permasalahan dalam pendidikan akan tetapi sektor yang lainnya juga seperti ekonomi. Dan sekarang sudah banyak terlihat manfaatnya seperti Buka lapak, Ojel On Line dan lain lain.
Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan salah satu

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIA DALAM PENGEMBANGAN KOGNITIF

ABSTRAKSI Media dalam pengembangan kognitif merupakan satu konsep yang berisi tentang pemanfaatan media dalam mengembangkan kognitif ketika melakukan proses pembelajaran. Dalam tulisan ini, akan dibahas turunan “media dalam pengembangan kognitif” berupa; tujuan dan fungsi, karakteristik, syarat-syarat dan macam-macamnya. Deskripsi empat turunan itu akan melahirkan pemahaman yang memadai untuk menjelaskan posisi sekaligus kekuatan media dalam mengembangkan potensi kognitif anak didik. Selain itu akan memudahkan eksperimentasi di lapangan, karena keberadaan media akan dipandu mengarah pada tujuan pengembangan kognitif. Dari tulisan ini diharapkan lahir sikap kehati-hatian dalam memilih media yang tepat dalam mengembengkan kognitif anak didik. Sekaligus menghindarkan para pendidik dari menggunakan media yang keliru bahkan salah media hingga menghambat pengembangan kognitif yang diinginkan.  Kata kunci : Media, Pengembangan Kognitif Pendahuluan Dalam buku “Pengambangan Kognit

Nativisme dan Empirisme Dalam Islam

Nativisme dan Empirisme Dalam Kacamata Islam ‘Alaa lan tanaalul ilma illa bisittatin, saunbiika ana tafsilihaa bibayaanin: dzakain, wa hirshin, washtibarin, wabulghotin, wairsyadilustadzi wathuulizzaman’ Ali RA ‘Ingatlah kita tidak akan bisa mendapatkan ilmu kecuali dengan enam syarat: (1) Kecedasan, (2) Kesungguhan, (3) Kesabaran, (4) Bekal, (5) Keberadaan Seorang Guru dan (6) Waktu yang cukup’ Kata-kata mutiara Ali RA                         Dalam banyak literatur pendidikan perbincangan tentang teori pembelajaran disebukan dua kutub besar aliran pemikiran. Kutub satu mengatakan bahwa pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh bawaan dasar seorang anak sejak lahir, dengan nama teori nativisme. Kutub satunya mengatakan bahwa pendidikan itu akan berhasil atas peran aspek di luar potensi dasar seorang anak yang ada sejak lahir, yakni peran lingkungan dengan teorinya bernama empirisme.             Perdebatan dua kutub ekstrim ini akhirnya disatukan oleh