A. Pendahuluan
Kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini tak pelak menuntut adanya usaha yang
ekstra keras dalam menemukan “teknologi” yang tepat guna memperbaiki proses
pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pendidik sebagai
penangung jawab utama dalam perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator
peserta didik dalam belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar
tujuan pembelajaran yang di laksanakan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar
orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang
lain.[2] Usaha
ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kemampuan dan
kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar. Pembelajaran
tidak harus dilakukan oleh seorang teknolog pendidikan atau suatu tim yang
terdiri dari ahli media dan ahli materi ajar tertentu. Belajar adalah proses
alami yang menyebabkan perubahan apa yang kita ketahui, apa yang bisa kita
lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun, salah satu fungsi dari suatu
sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang dalam rangka
mencapai tujuan instruksi.[3]
Mengajar adalah proses
yang dilakukan guru dalam mengadakan interaksi dengan pseserta didik, dengan
penekanan pada berbagai macam kegiatan. Seorang pendidik yang memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip desain instruksi memiliki visi yang lebih
luas tentang apa yang dibutuhkan untuk membantu peserta didik belajar.
Instruksi lebih mungkin
menjadi efektif jika direncanakan untuk melibatkan para siswa dalam kegiatan
yang memfasilitasi pembelajaran. Dengan menggunakan prinsip-prinsip desain
instruksi, guru dapat memilih, atau merencanakan dan mengembangkan kegiatan
terbaik untuk membantu siswa belajar.
B. Konsep Desain
Instruksional
1.
Pendekatan System
Kegiatan
Instruksional dipandang sebagai suatu system. Istilah system merujuk pada
benda, peristiwa, kejadian, atau cara yang terorganisir yang terdiri
bagian-bagian yang lebih kecil dan seluruh bagian tersebut secara bersama-sama
berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu.[4] Selanjutnya
pendekatan system yaitu suatu suatu urutan pemecahan masalah dengan urutan
langkah masalah dipahami terlebih dahulu, mempertimbangkan berbagai solusi
alternative, dan memilih solusi terbaik.[5] Demikian
pula dengan Tunas mengemukakan pandangannya tentang pendekatan system sebagai
suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis dan
menyeluruh (sistemik). Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistemik adalah suatu
analisis dan evaluasi yang memperhatikan seluruh faktor yang berhubungan dengan
masalah itu termasuk keterkaitan antar faktor yang bersangkutan.
Penggunaan pendekatan
system dalam teknologi instruksional hingga kini berkembang terus. Selain
komponen pengajar, peserta didik, fasilitas, kegiatan instruksional juga
terdiri dari subsistem diantaranya adalah tujuan instruksional, tes,
strategi instruksional, bahan instruksional, dan evaluasi. Oleh karena
kompleksnya yang terkait dalam kegiatan instruksional, maka untuk memecahkan
masalah perlu menguji setiap komponen tersebut melalui analisis system.
2.
Teori Yang Mendasari Desain Instruksional
Istilah
pengembangan sistem instruksional (instructional systems
development) dan disain instruksional (instructional design)
sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam
penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara “disain” dan
“pengembangan”. Kata “disain” berarti “membuat sketsa atau pola atau outline
atau rencana pendahuluan”. Sedang “mengembangkan” berarti “membuat tumbuh
secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya.”
Pengembangan sistem
struksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari
problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4). Sistem
instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam
praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya
(Baker; 1971, p: 16). Sedangkan Briggs mengemukakan bahwa desain instruksional
adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan
teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan mengajar,
uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p.
20). Lebih lanjut dikatakan bahwa disain sistem instruksional ialah pendekatan
secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk
mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen sistem ini (tujuan,
materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang
sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih
dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya.
Desain
Instruksional adalah suatu proses sistematis, efektif, dan efisien dalam
menciptakan system instruksional untuk memecahkan masalah belajar atau
peningkatan kinerja peserta didik melalui serangkaian kegiatan
pengidentifikasian masalah, pengembangan, dan pengevaluasian.[6] berapa
istilah juga berkaitan erat dengan desain instruksional antara lain learning, menurut Robert M.
Gagne bahwa belajar merupakan hasil, bukan proses. Hasil tersebut
bekenaan dengan perubahan pada kapabilitas manusia yang secara tetap terjadi
sepanjang periode tertentu dan bukan karena kebetulan sebagai akibat dari
proses perkembangan diri.
Hamrenus dalam Suparman
menyatakan bahwa desain instruksional merupakan proses sistematik untuk
memungkinkan tujuan umum dicapai melalui proses belajar yang efektif. Proses
yang sistematik itu dimulai dengan tujuan umum. Pendapat lain menyatakan
bahwa tujuan akhir dari desain instruksional adalah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Sedangkan Rothwel dan Kazamas mengemukan bahwa desain
instruksional tidak sekadar menciptakan instrument atau alat tetapi terkait
dengan konsep lebih luas tentang bagaimana menganalisa masalah kinerja manusia
secara sistematik, pengidentifikasian akar penyebab masalah-masalah tersebut,
pertimbangan berbagai solusi yang sesuai dengan akar permasalahan itu, dan
pelaksanaan pemecahan masalah dengan cara-cara yang di rancang untuk
meminimalisir akibat yang tidak diharapkan dari tindakan perbaikan.
Berdasarkan beberapa
pendapat di atas mengarah pada satu tujuan yang sama yakni mencari suatu solusi
dari beberapa permasalah dalam rangka menciptakan satu tindakan perbaikan
pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, efektif, efisien yang diawali
dari menganalisis tujuan pembelajaran dan di akhiri dengan evaluasi.
C. Model Pengembangan
Desain Instruksional.
Ada banyak Model desain
instruksional yang berkembang dalam dunia pendidikan dewasa ini, misalnya SAFE
(System Approach For Education), Michigan State University Instructional
Systems Development Model, Project MINERVA Instructional System Design, Teaching
Research System, Banathy Instructional Development System, , Dick & Carey
model, Kemp model , Three Phase Design Model, The 4CID Model, ARCS Model, dan
banyak lagi model instruksional lainnya. Perkembangannya juga beragam sesuai
dengan kondisi dan tujuan desain instruksional tersebut diperuntukkan, yang
jelas bahwa setiap model dimaksudkan untuk menghasilkan suatu system
instruksional yang efektif dan efisien dalam memfasilitasi pencapaian tujuan
instruksional. Pada dasarnya model instruksional yang ditawarkan memiliki
prosedur yang hamper samaantara satu dengan yang lain, atau bahkan
mengkombinasikan dari berbagai model yang sudah ada untuk kemudian
diaplikasikan kedalam lingkungan pembelajaran yang kita hadapi.
Prosedur atau proses yang
ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa meliputi dua cara:
1.
Dengan pendekatan secara empiris: Proses ini dilaksanakan tanpa
menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Di sini paket atau bahan
pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari
lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan,
materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan paket (materi)
pengajaran diulang. Pendekatan semacam ini mempunyai beberapa kelemahan. (a).
Setiap pengembang harus mulai dari awal untuk mencari atau menemukan semua
langkah dan dasar yang diperlukan untuk mengembangkan suatu materi pengajaran.
(b). Berulang kalinya pembuatan materi (paket) pengajaran baru. Hal ini berarti
menghendaki berulang kali uji coba, dan ini berarti kurang efisien.
2.
Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan, bisa diklasifikasikan
sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk, tiap tipe tujuan khusus (objective)
dapat dipilihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk
mengamati responsi siswa bisa diciptakan, dan perubahan-perubahan bilamana
perlu bisa diadakan. Di dalam penyusunan disain instruksional, diadakan
langkah-langkah secara sistematis, sehingga uji coba secara empiris terhadap
suatu program dapat mendorong untuk adanya informasi mengenai efektifitas suatu
program, yang sekaligus bisa untuk menguji model tersebut.
Atwi Suparman (2012)
mengemukakan analisis hasil perbandingan dari beberapa model instruksional
terdiri dari tiga tahap yakni: tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan
system, dan tahap evaluasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perbedaan antara
model yang satu dengan model yang lain antara lain terletak pada: sasaran/tingkat
penggunaanya (Institusi atau mata pelajaran), Penggunaan istilah pada setiap
tahapan, Jumlah tahapan atau langkahnya, kelengkapan konsep dan prinsip yang
digunakan. Berdasarkan analisis di atas Atwi Suparman mengembangkan Model
Pengembangan Desain Instruksional (MPI).
Desain instruksional masa
depan yang dikembangkan oleh Atwi Suparman diharapkan dapat mengatasi
kendala-kendala pembelajaran dan dapat digunakan baik untuk pembelajaran tatap
muka maupun pendidikan jarak jauh. Dengan berlandaskan teori belajar dan
pembelajaran (aliran psikologi: humanisme, behaviorisme, kignitivisme,
konstruktivisme, dan cybernetisme), prinsip-prinsip pembelajaran, dan
pendekatan system.
Model Pengembangan
Instruksional (MPI) terdiri dari 3 tahap yakni:
1. Definisi,
langkah-langkahnya adalah:
a.
Mengidentifikasi kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instrksional umum.
b.
Melakukan analisis instruksional
c.
Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik
2. Analisis
dan pengembangan prototype sistem, langkah-langkahnya adalah:
a.
Menulis tujuan instruksional umum
b.
Menulis alat penilaian hasil belajar
c.
Menyusun Strategi Instruksional
d.
Mengembangkan bahan instruksional
3.
Melaksanakan evaluasi formatif, langkah-langkahnya adalah:
a.
Penelaahan oleh pakar dan revisi
b.
Evaluasi oleh 1-3 peserta didik dan revisi
c. Uji
coba dalam skala terbatas dan revisi
d. Uji coba lapangan
dengan melibatkan semua komponen dalam system sesungguhnya.
D. Penutup
Pendidik sebagai
penangung jawab utama dalam perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator
peserta didik dalam belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar
tujuan pembelajaran yang di laksanakan dapat tercapai dengan
sebaik-baiknya. Pembelajaran tidak harus dilakukan oleh seorang teknolog
pendidikan atau suatu tim yang terdiri dari ahli media dan ahli materi ajar
tertentu. Belajar adalah proses alami yang menyebabkan perubahan apa yang kita
ketahui, apa yang bisa kita lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun,
salah satu fungsi dari suatu sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran yang dalam rangka mencapai tujuan instruksi.
Penggunaan pendekatan
system dalam teknologi instruksional hingga kini berkembang terus. Selain
komponen pengajar, peserta didik, fasilitas, kegiatan instruksional juga
terdiri dari subsistem diantaranya adalah tujuan instruksional, tes,
strategi instruksional, bahan instruksional, dan evaluasi. Oleh karena
kompleksnya yang terkait dalam kegiatan instruksional, maka untuk memecahkan
masalah perlu menguji setiap komponen tersebut melalui analisis system.
Model desain
instruksional yang berkembang dalam dunia pendidikan dewasa ini, misalnya SAFE
(System Approach For Education), Michigan State University Instructional
Systems Development Model, Project MINERVA Instructional System Design,
Teaching Research System, Banathy Instructional Development System, , Dick
& Carey model, Kemp model , Three Phase Design Model, The 4CID Model, ARCS
Model, dan banyak lagi model instruksional lainnya. Persoalan model mana yang
tepat yang akan di gunakan sangat bergantung pada pendidik itu sendiri dengan
pertimbangan kesesuaian dengan kondisi tertentu pula. Setiap model dimaksudkan
untuk menghasilkan suatu system instruksional yang efektif dan efisien dalam
memfasilitasi pencapain tujuan belajar, yang pada akhirnya bahwa untuk
menciptakan pembelajaran yang sukses, yakni dapat membantu peserta didik mencapai
kompetensi yang diinginkan.
E. Referensi
Atwi Suparman, Desain Instruksional Moderen: Panduan Para Pengajar & Inovator
Pendidikan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012.
Dahar, R. Wilis, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Penerbit
Erlangga, Jakarta 2011.
Dick and Carey, The Systematic Design Of Instruction. Pearson,
2009.
Gagne, R.M., Wager, W.W.,
Golas K.C., and Keller, J.M., Principles of Instruction
Design, 5th, Thomson-Wadsworth,
2005.
McLeod Jr., Raymond &
Schell, George P., Management Information System 9th, Terjemahan Hery Yuliyanto, Indeks, Jakarta, 2004.
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,Prenada Media
Group, Jakarta, 2004.
[1] Mahasiswa
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2012.
[2] Yusufhadi
Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan,Prenada Media Group,
Jakarta, 2004, h. 545.
[3] Gagne,
R.M., Wager, W.W., Golas K.C., and Keller, J.M., Principles of Instruction Design, 5th,
Thomson-Wadsworth, 2005.
[4] M.
Atwi Suparman, Desain Instruksional Moderen,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2012, h.82
[5] Raymond
McLeod Jr. & George P. Schell, Management Information System 9th, Terjemahan Hery Yuliyanto, Indeks, Jakarta, 2004, h.182.
[6] M.
Atwi Suparman, (Op. Cit. h. 86)
Sumber
https://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/14/konsep-dan-model-pengembangan-desain-instruksional/
Komentar
Posting Komentar